Bunyi
bersuara & tidak bersuara
Proses
pembetukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernafasan sebagai sumber
tenaganya. Sumber tenaga itu berupa udara yang keluar dari paru-paru. Pada
mulanya udara dihisap oleh paru-paru, kemudian dihembuskan sewaktu bernapas.
Udara yang dihembuskan itu mengalami perubahan pada pita suara yang terletak
pada pangkal tenggorokan. Arus udara yang keluar dari paru-paru itu dapat
membuka kedua pita suara yang merapat sehingga mengakibatkan corak bunyi bahasa
tertentu. Gerakan membuka dan menutup pita suara itu menyebabkan arus udara dan
udara di sekitar pita suara itu berubah tekanannya dan bergetar.
Adapun,
bunyi yang dihasilkan dengan cara
mempersempit glotis disebut
bunyi bersuara. Jika glotis
terbuka lebar, aliran udara
leluasa melewati pita suara. Dalam keadaan demikian pita suara tidak bergetar dan tidak menimbulkan
suara. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi tak bersuara.
Anggota bunyi bersuara : i, a, b, g, m
Anggota bunyi tak bersuara : s, f, p, k
Artikulasi aktif : alat ucap yang bergerak menuju alat ucap yang lain saat membentuk bunyi bahasa.
Artikulasi pasif : alat ucap yang
dituju oleh artikulator aktif saat membentuk bunyi bahasa, (misal gigi atas dan langit-langit).
Pada pengucacapan huruf [t], lidah sebagai artikulator aktif dan gigi sebagai
artikulator pasif.
4.
Bunyi geseran: menghambat
aliran udara sebagian, dan udara akan tetap mengalir melalui celah sempit yang
dibentuk oleh artikulator aktif dan pasif. Bunyi yang dihasilkan antara lain: s
dan z
-
Bunyi geseran labio-dental
Konsonan
geseran labio-dental terjadi apabila articulator aktifnya adalah bibir bawah
dan articulator pasifnya adalah gigi atas.Bunyi yang di hasilkan adalah [f, v].
-
Bunyi geseran lamino-alveolar
Konsonan geseran lamino-alveolar terjadi
apabila articulator aktifnya adalah daun lidah ujung lidah sedangkan
articulator pasifnya adalah gusi.Bunyi yang di hasilkan adalah [s,z]
-
Bunyi geseran dorso-velar
Konsonan geseran dorso-velar terjadi apabila
articulator aktifnya adalah pangkal lidah dan articulator pasifnya adalah
langit-langit lunak.Bunyi yang di hasilkan adalah [X].
-
Bunyi geseran laringal
Konsonan geseran laringal terjadi apabila
articulatornya adalah sepasang pita suara.Udara yang melalui paru-paru pada
waktu melewati glottis digeserkan.Glotis yang terbuka kemudian menghasilkan
bunyi [h]
Bunyi
paduan : paduan
antara artikulasi letupan dan geseran. Aliran udara yang dihambat secara total
diletupkan melalui celah sempit yang dibentuk oleh artikulator aktif dan pasif.
Bunyi yang dihasilkan: c dan j
Bilabial:
mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai artikulator
dan titik artikulasi : [p], [b], [m] dan [w].
Glotal:
konsonan yang dibentuk oleh posisi pita suara sama sekali merapat sehingga
menutup glotis : [?]
Berdasar
posisi strukturnya
(keadaan hubungan posisional artikulator aktif dan artikulator pasif )
Vocal [i] diucapkan dengan vokal
tertutup (close vowels) yaitu vokal yang bentuk dengan lidah diangkat setinggi
mungkin mendekati langit-langit. Vocal (a) diucapkan dengan lidah
dalam posisi serendah mungkin (open vowels)
Vokal berdasarkan
bentuk bibir saat vokal diucapkan.
Vocal
[i]: Vokal tidak bulat/unrounded vowels (bibir tidak bulat dan terbentang
lebar)
Vocal
[a]: Vokal netral/neutral vowels (bibir tidak bulat dan tidak terbentang lebar)
Berdasarkan tinggi
rendahnya lidah
Vocal
[i]: Vokal tinggi, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah merapat ke
rahang atas
Vocal
[a]: Vokal rendah, yaitu vokal yang dibentuk jika rahang bawah dimundurkan lagi
sejauh-jauhnya
Berdasarkan maju
mundurnya
Vocal
[i]: Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan naik turunnya lidah
bagian depan lidah
Vocal
[a]: Vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan lidah begian tengah
Sedangkan
dalam pengucapan i dan a, yang bertindak sebagai artikulator aktif dan pasif
yakni lidah sebagai artikulator aktif dan gigi sebagai artikulator pasif.
Huruf E
Berdasarkan tinggi rendahnya lidah,
termasuk ke dalam vokal madya.
Berdasarkan
lidah yang bergerak, termasuk kedalam vokal depan.
Berdasarkan
strukturnya, termasuk kedalam vokal semi-tertutup.
Berdasakan
bentuk bibir, termasuk kedalam vokal tak bulat
Huruf O
Berdasarkan
tinggi rendahnya lidah, termasuk ke dalam vokalmadya.
Berdasarkan
lidah yang bergerak, termasuk ke dalam vokal belakang.
Berdasarkan
strukturnya, termasuk ke dalam vokal semi-tertutup.
Berdasakan
bentuk bibir, termasuk ke dalam vokal bulat
Sedangkan huruf lainnya:
·
P : termasuk bunyi letupan atau
plosif karena pada saat mengucapkan huruf ‘p’ terjadi penghambatan aliran udara
secara total di bibir bagian atas dan bawah sehingga udara terhambat dan
terciptalah suatu bunyi. Pada kasus ini adalah bunyi ‘p’
·
W : termasuk bunyi hampiran karena
pada saat mengucapkan huruf ‘w’ artikulator saling mendekat namun tidak cukup
sempit sehingga hampiran jatuh antara desis dan vokal. Artikulasi terpusat pada
bagian lidah dan langit – langit
·
R : termasuk bunyi getaran karena
pada saat mengucapkan huruf ‘r’ terjadi penggetaran daerah artikulasi aktif
yakni bagian bibir dan lidah.
·
K : termasuk bunyi letupan atau
plosif seperti bunyi ‘p’ karena pada saat mengucapkan huruf ‘k’ terjadi
penghentian total aliran udara di langit – langit lunak sehingga udara
terhambat dan terciptalah suatu bunyi. Pada kasus ini adalah bunyi ‘k’
SUMBER:
http://susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id/2009/04/12/fonologi-bahasa-indonesia/
diunduh tgl 20 September pukul 18.39
diunduh
tgl 20 September pukul 19.04
0 komentar:
Posting Komentar